Perang dagang AS-Tiongkok menyebabkan masuknya produk tekstil Tiongkok ke Indonesia

Perang dagang AS-Tiongkok telah menyebabkan masuknya produk-produk Tiongkok ke Indonesia, termasuk garmen dan produk lainnya, karena beberapa produk Tiongkok telah berjuang untuk memasuki pasar AS karena tarif yang tinggi.Hal ini telah memicu kekhawatiran di antara para pelaku industri tekstil lokal Indonesia, seperti penjual piyama lokal yang telah menyatakan kekhawatiran mereka tentang prospek industri ini. Ketua Asosiasi Produsen Serat dan Filamen Indonesia menunjukkan bahwa masuknya produk garmen China dan kenaikan tarif ekspor ke Amerika Serikat akan berdampak pada industri hulu dan hilir dalam produksi garmen domestik Indonesia, dengan sekitar 125.000 orang diperkirakan akan menghadapi pengangguran di sektor produksi filamen saja. Menteri Perindustrian mengakui adanya masalah masuknya garmen impor selama perang dagang AS-Tiongkok, tetapi tidak merinci sumber produk tersebut. Dia mengatakan masalah transhipment memperburuk fenomena ini dan mengusulkan penguatan manajemen sertifikat asal, sambil mengatakan bahwa pemerintah akan membantu industri tekstil dalam negeri untuk mengatasi ketidakpastian ekonomi. Para ekonom percaya bahwa tidak peduli seberapa banyak negosiasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, Indonesia sebenarnya akan menjadi lebih bergantung pada China untuk perdagangan. Hal ini dikarenakan adanya pembatasan-pembatasan terhadap produk-produk AS yang masuk ke Indonesia, sementara produk-produk RRT memiliki keuntungan yang lebih besar untuk masuk ke pasar Indonesia ketika langkah-langkah non-tarif dilonggarkan. Ketua asosiasi menyarankan agar pemerintah Indonesia mengambil serangkaian langkah, seperti menetapkan tarif safeguard, tarif anti-dumping, dan mengontrol secara ketat penerbitan surat keterangan asal (SKA) untuk ekspor Indonesia untuk melindungi industri dalam negeri dari dampak produk impor.