MEMUAT BARANG...

Barang-barang Tiongkok yang transit di Indonesia di bawah pengawasan AS

中国商品在印尼转运受美国关注

Peneliti dari departemen ekonomi di Centre for Strategic and International Studies menunjukkan bahwa ancaman utama dalam dinamika perdagangan saat ini bukan hanya tarif yang tinggi, tetapi juga kemungkinan hambatan karena adanya dugaan transit dari Tiongkok.Persaingan perdagangan Amerika Serikat-Tiongkok telah bergeser dari perang tarif menjadi pembentukan kembali rantai pasokan global, dengan Amerika Serikat membatasi tidak hanya produk "Made in China", tetapi juga produk "Made in China" yang diproduksi di pabrik-pabrik Tiongkok di negara lain, termasuk Indonesia. Transshipment mengacu pada ekspor ulang barang-barang Tiongkok melalui negara ketiga, seperti Indonesia. Misalnya, Tiongkok mengambil keuntungan dari perjanjian perdagangan bebas Indonesia-Australia untuk memindahkan barang ke Indonesia sebelum mengekspornya ke Australia untuk mendapatkan tarif yang lebih rendah, atau bahkan mengubah pelabelan menjadi "Made in Indonesia" tanpa proses yang substansial untuk mematuhi aturan asal, seperti mengubah pelabelan menjadi "Buatan Indonesia".Kode HS.. AS dapat menggunakan perjanjian AS-Vietnam sebagai tolok ukur untuk menerapkan kebijakan tarif yang berbeda untuk negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam. Negara-negara yang tidak dapat membuktikan tidak adanya transshipment dapat dikenakan tarif setinggi 401 TP3T, sementara negara-negara yang dapat membuktikannya dapat dikurangi tarifnya menjadi 201 TP3T, tetapi sangat sulit untuk membuktikan tidak adanya perilaku transshipment. Negara-negara Asia Tenggara mungkin akan dipaksa untuk membangun dua rantai pasokan yang terpisah (untuk pasar AS dan Cina), yang menyebabkan biaya produksi yang lebih tinggi, gangguan ekspor, dan pertumbuhan industri yang lebih lambat. Dan negara-negara ini sangat bergantung pada bahan baku Tiongkok, seperti Indonesia, yang mengimpor 25% bahan bakunya dari Tiongkok, serta Vietnam dan Kamboja, yang bahkan lebih bergantung lagi. Masalah transhipment tidak hanya terkait dengan barang jadi, tetapi juga dapat meluas ke kegiatan investasi, dan negara-negara yang bersangkutan perlu membuktikan bahwa rantai pasokan tidak mengandung bahan baku China untuk mempertahankan tarif rendah. Ekspor utama Indonesia ke AS seperti tekstil, alas kaki, dan minyak kelapa sawit sangat diminati di pasar global (misalnya, Uni Eropa), dan Uni Eropa merupakan importir terbesar dari 20 produk utama Indonesia pada tahun 2023, misalnya, Uni Eropa mengimpor 48% produk alas kaki Indonesia secara global (HS 6403). Negosiasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (CEPA) dengan Uni Eropa juga harus dipercepat dan diperluas ke wilayah yang lebih luas untuk menghindari risiko diskriminasi tarif AS. Meskipun diversifikasi pasar dapat dilakukan, diversifikasi bahan baku lebih sulit dilakukan karena impor bahan baku saat ini masih sangat terkonsentrasi di negara-negara tertentu seperti Cina. Indonesia telah memasukkan isu transhipment dalam negosiasi tarifnya dengan AS. Juru bicara Kementerian Koordinasi Perekonomian mengakui bahwa transhipment adalah praktik umum dalam perdagangan internasional dan telah menjadi salah satu elemen substantif dari negosiasi, tetapi tidak mengungkapkan apakah hal tersebut telah menjadi penghalang dalam negosiasi atau tidak, dan hanya menyatakan bahwa hal tersebut merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dan diperhitungkan dalam negosiasi.

© 版权声明

相关文章

id_IDIndonesian