Industri kokas Indonesia membutuhkan dukungan pemerintah

Indonesia merupakan eksportir kokas terbesar ketiga di dunia dengan 5,56 juta ton pada tahun 2024, di bawah China (8,33 juta ton) dan Polandia (5,88 juta ton).Kokas merupakan bahan baku utama untuk produksi baja (khususnya teknologi blast furnace) dan permintaannya terkait erat dengan pertumbuhan industri baja global. Harga kokas global telah menurun sebagai respons terhadap penurunan harga batu bara kokas, bahan baku utama, dan lebih-lebih dari batu bara kokas, yang mengakibatkan margin ekspor yang lebih sempit dan peningkatan tekanan pada biaya produksi. Produk sampingan industri kokas berupa limbah B3, yang perlu diseimbangkan antara perlindungan lingkungan dan pemanfaatannya sebagai bahan baku industri kimia dan manufaktur. Asosiasi Bisnis Kokas Indonesia didirikan pada awal tahun 2025, disetujui oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan diresmikan pada bulan Mei. Tujuannya adalah untuk bertindak sebagai platform koordinasi antara pemerintah dan bisnis untuk mempromosikan kebijakan yang menguntungkan, memastikan kelestarian lingkungan, dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasokan kokas global. Ketua Asosiasi meminta pemerintah untuk memberikan dukungan praktis, termasuk penyederhanaan perizinan ekspor dan panduan tentang manajemen pabrik, termasuk aspek lingkungan, untuk mengurangi tekanan biaya dan meningkatkan daya saing. Nilai strategis kokas sebagai agen pereduksi dan sumber panas disoroti oleh karena sangat diperlukan dalam konversi bijih besi menjadi besi.