Asosiasi Pertambangan Indonesia (IMA) telah memperingatkan bahwa lonjakan permintaan tembaga, yang dipicu oleh transisi energi global, dapat menyebabkan kekurangan pasokan tembaga global pada tahun 2028.Ketua asosiasi mencatat bahwa produksi tembaga Indonesia saat ini menyumbang 3%-5% secara global dan diperkirakan akan meningkat menjadi 15% pada tahun 2032-2035, tetapi keterlambatan dalam industrialisasi pemurnian dapat menjadi peluang pasar yang terlewatkan.
Saat ini, Indonesia memproduksi sekitar 1 juta ton konsentrat tembaga per tahun, dimana hanya 200.000-250.000 ton yang digunakan untuk konsumsi dalam negeri, dan sisanya mengandalkan ekspor, yang akan mengakibatkan hilangnya nilai sumber daya apabila seluruh konsentrat diekspor di masa mendatang tanpa pengolahan lebih lanjut. Untuk menjawab tantangan ini, Indonesia mendorong pengembangan hilirisasi rantai industri dengan melarang ekspor konsentrat tembaga.
Namun, ia meminta Pemerintah untuk menyediakanLebih banyak stimulusmempercepat industrialisasi produk tembaga. Ia menekankan bahwaTransisi energi menciptakan permintaan yang mendesak untuk mineral-mineral utama seperti tembagaIndonesia perlu memanfaatkanKeunggulan Sumber DayaSelain itu, kami telah mengembangkan arah pemurnian yang jelas dan mengoptimalkan iklim investasi untuk memastikan bahwa produksi tembaga di masa depan akan dapatMelayani industri dalam negeridaripada hanya mengandalkan ekspor bahan mentah.
© 版权声明
Artikel ini memiliki hak cipta dan tidak boleh direproduksi tanpa izin.